Dalam implementasinya, para guru kerap menemui hambatan baik dalam penguasaan materi pembelajaran maupun ketika berhadapan dengan peserta didik. Salah satu best practice yang diterapkan oleh Petrus Pe Mano, Kepala Sekolah SMAN 1 Sabu Tengah, Nusa Tenggara Timur, dalam merangkul para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolahnya adalah dengan supervisi akademik.
Petrus mengatakan, model supervisi akademik ini paling cocok untuk
diterapkan di sekolah yang ia kepalai. Ketika para guru mengalami
kesulitan, waktu pulang sekolah akan dijadikan waktu bimbingan bagi guru
oleh kepala sekolah. “Upaya ini dilakukan untuk perbaikan pembelajaran
di kelas,” kata Petrus saat diwawancarai di selah-selah acara pengumuman
pemenang lomba PTK Berprestasi tingkat nasional tahun 2014, di Kantor
Kemdikbud, Sabtu (16/07).
Selain bimbingan langsung, Petrus mengatakan, keberhasilan proses pembelajaran akan dicapai apabila guru telah mempu menyusun rencana pembelajaran sedini mungkin. Dengan supervisi akademik yang dilakukannya, selain membimbing guru menghadapi kesulitan, juga membantu guru menyiapkan pembelajaran. Tidak hanya kepala sekolah, supervisi akademik juga dilakukan oleh guru senior kepada guru muda, maupun dari guru ahli.
Jika dihubungkan dengan implementasi Kurikulum 2013, model supervisi akademik ini sangat membantu implementasi di SMAN 1 Sabu Tengah. Guru yang telah lebih dahulu mendapatkan pelatihan, akan membagi ilmu dan pengetahuannya tentang kurikulum ini kepada rekan-rekan yang belum mendapat pelatihan. “Sarana dan prasarana memang masih kurang, tapi karena perubahan struktur kurikulum supervisi akademik itu akan sangat membantu para guru saya dalam penyusunan pembelajaran,” katanya.
Model supervisi akademik ini dibawa Petrus sebagai karya ilmiahnya ketika mengikuti pemilihan PTK berprestasi tingkat nasional tahun 2014 di Jakarta. Sebelum akhirnya diputuskan menjadi wakil Provinsi NTT ke kompetisi ini, Petrus telah melalui sejumlah lomba mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi. Bersama Petrus, juga hadir PTK yang terdiri dari guru, tutor, dan pengawas wakil NTT di kompetisi ini. (Aline Rogeleonick/Pengunggah: Erika Hutapea)
Sumber : Kemdikbud
Selain bimbingan langsung, Petrus mengatakan, keberhasilan proses pembelajaran akan dicapai apabila guru telah mempu menyusun rencana pembelajaran sedini mungkin. Dengan supervisi akademik yang dilakukannya, selain membimbing guru menghadapi kesulitan, juga membantu guru menyiapkan pembelajaran. Tidak hanya kepala sekolah, supervisi akademik juga dilakukan oleh guru senior kepada guru muda, maupun dari guru ahli.
Jika dihubungkan dengan implementasi Kurikulum 2013, model supervisi akademik ini sangat membantu implementasi di SMAN 1 Sabu Tengah. Guru yang telah lebih dahulu mendapatkan pelatihan, akan membagi ilmu dan pengetahuannya tentang kurikulum ini kepada rekan-rekan yang belum mendapat pelatihan. “Sarana dan prasarana memang masih kurang, tapi karena perubahan struktur kurikulum supervisi akademik itu akan sangat membantu para guru saya dalam penyusunan pembelajaran,” katanya.
Model supervisi akademik ini dibawa Petrus sebagai karya ilmiahnya ketika mengikuti pemilihan PTK berprestasi tingkat nasional tahun 2014 di Jakarta. Sebelum akhirnya diputuskan menjadi wakil Provinsi NTT ke kompetisi ini, Petrus telah melalui sejumlah lomba mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi. Bersama Petrus, juga hadir PTK yang terdiri dari guru, tutor, dan pengawas wakil NTT di kompetisi ini. (Aline Rogeleonick/Pengunggah: Erika Hutapea)
Sumber : Kemdikbud
No comments:
Post a Comment